Image by mia_sarah via Flickr
Dunia ini adalah ibarat pasar yang dilalui oleh pengembara dalam perjalanannya menuju ke tempat yang lagi satu. Di sinilah pengembara itu mengumpulkan bekal untuk perjalanannya. Pendeknya di sinilah manusia itu dengan menggunakan indera jasmaninya, memperolehi sedikit sebanyak pengetahuan tentang kerja-kerja Allah, dan melalui pengetahuan itu untuk Mengenal Allah. Pandangan terhadap Allah inilah yang menentukan kebahagiaan dan keselamatan di hari kemudian; karena untuk mendapatkan Ilmu Pengetahuan inilah, maka manusia turun ke dunia dan tanah ini. Selagi inderanya ada bersama dengannya, orang itu dikatakan berada "dalam dunia ini". Apabila indera ini meninggalkan jasad dan hanya sifat-sifatnya yang perlu saja yang tinggal. maka orang itu dikatakan telah kembali "ke akhirat".
Semasa manusia itu berada dalam dunia ini, dua perkara perlu baginya.
Pertama; melindungi dan mengasuh(memelihara) Ruhnya dan
Keduanya; memelihara dan menyelenggara badannya.
Makanan Ruh itu seperti yang tersebut sebelum ini, ialah Mengenal dan Cinta kepada Allah. Jika cinta itu ditumpukan sepenuhnya kepada "ghair Allah" (selain Allah), maka binasalah Ruh itu. Badan itu hanya ibarat binatang tunggangan bagi Ruh. Badan itu akan hancur tetapi Ruh tetap hidup. Ruh itu sepatutnya memelihara badan. Ibarat orang yang hendak mengerjakan Haji ke Mekah, ia perlu memelihara untanya, tetapi jika ia menghabiskan masa dengan memberi makan dan menghias untanya saja, maka kafilah akan meninggalkan ia di belakang dan binasalah ia di padang pasir.
Keperluan badan manusia itu terbagi kepada tiga saja yaitu makanan; pakaian; dan tempat tinggal. Tetapi kemauan badan yang ada pada seseorang untuk mendapatkan tiga perkara itu cenderung melawan akal dan melebihkan dari tiga perkara itu. Oleh itu, perlulah kemauan itu disekat dan dibatasi dengan undang-undang syariat yang dibawa oleh Rasul-Rasul.
Berkenaan dunia ini pula, di mana kita tinggal , terbagi kepada tiga - yaitu binatang, tumbuh-tumbuhan dan galian(logam). Hasil ketiga hal ini sentiasa diperlukan oleh manusia dan melahirkan tiga pekerjaan yang utama pada manusia yaitu;
* Kerja Menenun,
* Kerja Membina dan
* Kerja-kerja Logam.
Ini pula terbagi kepada beberapa cabang lagi seperti Tukang Jahit, Tukang Batu, Tukang Besi dan lain-lain lagi. Tidak ada yang bebas sendiri; perlu saling berkaitan. Maka timbullah perhubungan dan perkaitan perdagangan dan perniagaan. Di sini timbul pula keadaan-keadaan yang menerbitkan Hasad, Dengki, Tamak, loba dan berbagai-bagai penyakit Jiwa(Ruh). Dengan itu timbul pula pertengkaran dan persengketaan serta keperluaan untuk berpolitik, berkerajaan dan pengetahuan tentang undang-undang.
Oleh yang demikian, pekerjaan dan perdagangan di dunia ini makin bertambah rumit dan kusut dan kompleks. Ini karena manusia telah lupa bahwa keperluan mereka yang utama adalah hanya tiga perkara saja yaitu pakaian, makanan dan tempat tinggal. Diri ini anya bertujuan untuk menjadikan badan itu layak bagi tunggangan Ruh dalam perjalanan menuju ke akhirat. Mereka telah sama terlena seperti orang yang pergi ke Mekah, mereka telah lupa tujuan perjalanan dan dirinya sendiri, lalu menghabiskan masa memberi makan dan menghias untanya. Manusia pasti terpesona dan terpikat oleh dunia kecuali ia berhati-hati benar supaya tidak tergoda. Nabi ada bersabda mengatakan bahwa dunia ini ibarat Tukang Sihir yang lebih pintar dari Harut dan Marut.
Dunia ini menipu kita dengan cara berikut.
Pertama; ia berpura-pura kekal bersama kita padahal sebenarnya ia sentiasa berlalu saat demi saat sambil melambaikan tangan mengatakan Selamat Tinggal kepada kita, seperti bayang-bayang yang nampaknya tetap tetapi sebenarnya bergerak.
Kedua; Dunia ini berpusing seperti seperti Ahli Sihir yang menarik tetapi jahat. Ia berpura-pura Cinta kepada kita, suka kepada kita, tetapi kemudian ia pergi kepada musuh dan meninggalkan kita manusia kesedihan dan putus asa. Nabi Isa Alaihissalam melihat dunia ini seperti bentuk nenek berkebaya tua yang buruk. Beliau bertanya kepada dunia itu berapakah suami yang ia ada. Dunia itu menjawab suaminya tidak terkira banyaknya. Beliau bertanya lagi adakah suaminya itu telah mati atau telah diceraikan. Katanya semua mereka itu telah dibunuhnya. Nabi Isa Alaihissalam berkata;
"Aku heran kenapa manusia bodoh, telah melihat bagaimana anda melakukan kekejaman itu namun masih juga mereka suka dan cinta kepada anda".
Nenek berkebayan yang jahat ini memakai pakaian yang indah-indah dan menutup mukanya. Kemudian ia pergi menggoda manusia. Banyaklah manusia yang tergoda dan tertipu dan dibinasakannya. Nabi SAW. pernah bersabda bahwa di hari Qiyamat kelak, dunia ini akan berupa dengan bentuk Ahli Sihir, matanya hijau dan giginya tertonjol keluar. Orang yang melihatnya akan berkata;
"Kasihanilah kami! Siapakah ini?"
Malaikat akan menjawab;
"Inilah dunia yang kamu perbuat dan pertengkarkan, yang kamu bunuh-membunuh dan sembelih-menyembelih antara satu sama lain".
Kemudian dia akan dilemparkan ke Neraka dan di situlah ia akan menjerit; "Oh Tuhan!!! Di manakah mereka yang mencintai aku dahulu". Kemudian Allah perintahkan mereka itu dilemparkan juga ke dalam Neraka itu.
Barangsiapa bertafakur dengan serius bahwa dahulunya dunia ini tidak wujud dan di masa akan datang ia akan hilang sirna, maka nampaklah ia bahwa dunia ini ibarat perjalanan di mana peringkat-peringkatnya berupa tahun, bulan dan batunya dengan harinya, dan langkahnya dengan saat. Tidak dapat hendak diceritakan bagaimana ruginya mereka yang menganggap dunia ini tempat kediamannya yang kekal dan membuat rancangan untuk sepuluh tahun yang akan datang pada mungkin ia akan berada dalam kubur dalam tempoh sepuluh hari lagi. Siapa tahu!!!.
Siapa yang meninggalkan dirinya dalam lautan keindahan dunia fana ini, di masa matinya akan jadi seperti orang yang menyumbatkan mulut dan perutnya dengan makanan dan kemudian ia memuntahkan semula. Kelazatannya hilang sirna. Tinggallah malu dan aib. Makin banyak harta-benda, uang ringgit, rumah dan taman yang indah dipunyainya, makin pedih dan payahlah ia hendak meninggalkan semua itu. Kepedihan dan kepayahan ini akan dibawa hingga selepas mati karena jiwa yang sudah biasa dengan Tamak Haloba itu akan menjadi Tamak Haloba juga selepas mati dan di Akhirat kelak akan merasai kesusahan dan kepedihan karena kemahuan dan keinginan yang tidak merasa puas.
Satu daripada ciri atau sifat perkara keduniaan ini ialah pada mulanya nampak seperti perkara kecil saja, tetapi tiap-tiap perkara yang nampak "kecil" ini bercabang hingga tidak terhingga lagi banyaknya, hingga ia menelan dan membolot seluruh masa dan tenaga manusia itu. Nabi Isa Alaihissalam pernah berkata;
"Orang yang cinta kepada dunia itu ibarat orang yang meminum air laut, makin diminum makin dahaga hingga akhirnya ia binasa, namun dahaga tidak juga hilang".
Nabi SAW. pernah bersabda;
"Tidaklah kamu bercampur dengan keduniaan itu melainkan kamu dikotori sebagaimana orang yang masuk ke air, pasti akan basah".
Dunia ini ibarat meja yang di atasnya ada hidangan untuk tetamu yang datang silih berganti. Di atasnya ada pinggang mangkuk emas dan perka, penuh dengan makanan yang sedap-sedap, dan bau-bauan yang harum mewangi. Tetapi yang bijak akan makan seperlunya, menghidu wangi-wangian itu, mengucapkan terima kasih kepada tuan rumah, dan kemudian pergi. Tetapi tetamu yang bodoh, sebaliknya hendak membawa pulang pinggang mangkuk emas dan perak itu, tetapi benda-benda itu dirampas balik darinya. Ia ditolak pergi. Maka malu dan hina serta putus asa saja yang diperolehinya.
Sekarang kita tutup penerangan kita tentang tipu muslihat dunia ini dengan ibarat yang berikut. Katalah sebuah kapal tiba di sebuah pulau yang penuh dengan kayu-kayan. Nakhoda kapal itu memberitahu penumpang-penumpang kapal itu ia hendak singgah bebarapa jam saja di pulau itu, dan mereka boleh naik ke pantai untuk sementara waktu tetapi jangan terlampau lama. Maka turunlah penumpang-penumpang itu ke pantai dan masing-masing pergi ke sana dan kemari sesuka hatinya.
Orang yang bijak di antara mereka itu akan kembali ke kapal dalam masa yang singkat saja dan apabila melihat kapal itu lapang mereka pun mencari tempat yang nyaman untuk duduk.
Kumpulan penumpang yang kedua pula berjalan ke sana ke mari lama sedikit sambil menikmati keindahan pokok-pokok dan bunga-bunga dan mendengar burung-burung menyanyi. Setelah kembali ke kapal, mereka dapati tempat-tempat yang baik di kapal itu telah diduduki dan terpaksalah mereka berpuas hati dengan tempat yang kurang myaman itu..
Kumpulan yang ketiga berjalan dan bersiar makin jauh di pulau itu dan mereka membawa batu-batu yang beraneka warna untuk dibawa ke kapal. karena mereka lambat kembali ke kapal itu, terpaksalah mereka duduk di tempat-tempat yang kurang baik di dalam perut kapal itu. Mereka dapati batu yang berkilauan yang mereka bawa itu telah hilang kilauan dan warna-warninya.
Kemudian yang terakhir pula telah merayau-rayau terlalu jauh ke tengah pulau itu hingga tidak sadar masa untuk belayar telah hampir tiba dan tidak pula mendengar panggilan nakhoda itu karena mereka terlampau jauh. Maka terpaksalah kapal itu belayar lagi tanpa mereka. Maka menyesalah mereka dengan putus asa dan dukacita dan akhirnya binasalah mereka karena dahaga dan kepalaran ataupun dimakan oleh binatang-binatang buas.
Kumpulan pertama itu ibarat orang-orang yang beriman yang menjauhkan diri dari pengaruh keduniaan; dan kumpulan yang terakhir ialah ibarat orang-orang kafir yang hanya memandang dunia ini saja dan lupa akhirat. Dua golongan yang di antara itu adalah mereka yang memelihara Imannya mereka tetapi mengikut pautan diri mereka kurang lebih dengan perkara-perkara yang tidak berfaedah di dunia ini.
Meskipun kita telah bercakap banyak mengecam dunia ini, tetapi hendaklah diingat bahwa ada juga perkara-perkara di dunia ini yang bukan terdiri dari benda keduniaan, seperti Ilmu Pengetahuan dan Amal Sholeh. Manusia akan membawa bersamanya apa-apa Ilmu yang ia punyai masuk ke Alam Akhirat. Meskipun amal sholehnya telah berlalu, namun kesannya tetap tinggal dalam wataknya atau keperibadiannya khususnya dalam hal peribadatan, yang menghasilkan Cinta kepada Allah dan mengenangNya sentiasa. Inilah sebagian dari "perkara-perkara yang baik" yang tersebut di dalam Al-Qur'an sebagai "Tidak akan hancur musnah".
Lain-lain perkara baik dalam dunia ini, seperti berkahwin, makanan, pakaian dan sebagainya digunakan oleh orang-orang yang bijaksana menurut kadarnya kerena ini semua menolongnya untuk mencapai ke Alam akhirat. Apa saja yang menarik seluruh perhatian hati yang menyebabkan tertambat ke dunia ini dan lupa ke Akihrat, adalah sebenarnya jahat semata-mata. Ini diibaratkan oleh Nabi SAW demikian;
"Dunia ini celaka dan semua perkara dalam dunia ini celaka, kecuali Zikir Allah(mengenang Allah) dan apa-apa saja yang membantu(untuk mengingati Allah)